.comment-link {margin-left:.6em;}
Thursday, July 20
Tragedi itu......
Lu lagi dimana? Nggak lagi di Pangandaran kan?
Bunyi sms yang saya terima dari seorang teman pada Senin sore.

Vit, katanya di Pangandaran ada tsunami. Mbak Ity nggak lagi di Pangandaran, kan?
Bunyi sms yang diterima adik saya dari seorang sahabatnya pada Senin sore.

Untung lu ada disini. Minimal kan kita tau lu baik2 aja.
Kata seorang teman kantor pada Senin sore

I can't believe another area of the country was hit by another disaster. I hope that you weren't vacationing to Pengendaran this time, or there on business.
Seorang sahabat berkata dalam email-nya.

I am sorry to hear about the earthquake. I hope everything is okay with you and your family. I also hope you were not anywhere near the hit area, like you were the last time.
Teman lain bertutur dalam emailnya.

Lu nggak lagi di Selat Sunda, kan?
Tanya seorang teman lain melalui telfon pada Rabu malam.

Pertanyaan dan pernyataan diatas saya terima menyusul terjadinya gempa di daerah Pangandaran, yang kemudian diikuti oleh tsunami hari Senin kemarin, serta gempa yang terjadi di daerah Jakarta dan sekitarnya yang berpusat di Selat Sunda pada hari Rabu kemarin.

Mengingat saya sangat jarang pergi ke Pangandaran (kalau tidak salah seumur hidup baru sekali saya kesana), tadinya saya menganggap pertanyaan dan pernyataan di atas agak aneh, bahkan agak membuat saya geli. Namun setelah saya renungkan sebentar, ternyata pertanyaan dan pernyataan diatas memang pantas diajukan ke saya. Teman-teman saya punya alasan sendiri untuk menanyakan apa yang mereka tanyakan kepada saya, mengingat 'sejarah keterlibatan' saya dalam beberapa kejadian.

Saat bom kuningan meledak di depan Australian Embassy pada September 2004, saya baru mulai berkantor di sebuah gedung yang persis terletak di depan embassy tersebut. Saya yang sedang asyik menekuni komputer di meja saya terlempar dari kursi ke seberang ruangan ketika bom meledak. Beruntung saya terlempar, karena meskipun badan saya kemudian lebam-lebam dan lecet-lecet sedikit, at least saya tidak terluka kena pecahan kaca sehingga berdarah-darah. It could have been a lot worse karena ternyata pasca ledakan, meja dan kursi saya penuh dengan pecahan kaca, dan laptop saya kehilangan sebagian tuts keyboard plus menderita beberapa scratch di bagian layarnya. Saat berusaha keluar gedung melalui tangga darurat, saya juga sempat tergencet arus orang yang semuanya berusaha menyelamatkan diri pada saat yang bersamaan. Saya sempat berfikir mungkin inilah akhir hidup saya. Namun ternyata saya salah. Alhamdulillah.

Karena baru mulai bekerja, belum banyak teman dan saudara yang tahu saya berkantor di gedung tersebut, sehingga banyak kenalan saya terkejut ketika mengetahui bahwa saya berada di sekitar daerah dimana bom meledak.

Maret 2006, dalam perjalanan menuju Aceh, pesawat yang saya naiki dari Jakarta mengalami gangguan teknis, sehingga harus mendarat darurat di Palembang. Meskipun pendaratan yang terjadi terhitung mulus (tetap kaget juga sih, saat mendarat melihat keluar jendela pesawat, di runway ternyata ambulans dan mobil pemadam kebakaran sudah disiapkan), dan gangguan teknis ternyata bisa diatasi sehingga pesawat bisa terbang kembali, tetap saja namanya pendaratan darurat. Saya sempat ketar-ketir juga sebelum mendarat, dan sempat terlintas sedikit di benak saya, bahwa bisa jadi inilah akhir hidup saya. Namun saya salah lagi. Alhamdulillah.

Beberapa teman tidak mengetahui bahwa saya pergi ke Aceh, sehingga mengetahui saya berada dalam pesawat yang mendarat darurat di Palembang mengagetkan bagi mereka.

27 Mei 2006, saya sedang menikmati pagi terakhir di Yogyakarta, setelah berada di sana selama tiga hari bersama rombongan teman Jalan Bebas, ketika gempa mengguncang. Selamat dari gempa, saya dan teman-teman sempat dibuat panik oleh isu terjadinya tsunami. Lagi-lagi saya berpikir bahwa saat itu mungkin adalah akhir dari hidup saya. Sekali lagi saya salah. Alhamdulillah.

Banyak teman saya yang tidak saya kabari bahwa saya pergi trekking ke Yogya, sehingga lagi-lagi mereka kaget mengetahui saya berada di Yogya ketika gempa terjadi.

Bukan salah mereka memang kalau kemudian mereka berkomentar, "Kayaknya lu tu ada dimana-mana ya. Kalo ada kejadian apa gitu, kok lu bisa ada disitu", atau komentar lain, "Kalo kaya kucing nyawanya 9, punya lo tinggal 6 kali ya". Atau seperti ibu saya yang berkomentar, "Kamu itu sangat beruntung dan sudah seharusnya merasa sangat bersyukur. Oya, kayanya kamu harus di ruwat deh." Halah....memangnya SBY...

Yang pasti saya mengucap syukur yang tidak putus-putus kepada Allah SWT karena saya masih diberikan umur panjang dan masih diloloskan dari kejadian-kejadian diatas untuk melanjutkan hidup saya. Semoga saya termasuk orang yang bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Amin.

I wish to express my deepest condolence to the earthquake and tsunami victims around Pangandaran area. May Allah SWT be with us all.

(~Saya masih takut melihat mobil box di jalan, deg2an kalau naik pesawat, dengar bunyi truk gandeng, dan masih takut kalau ada benda yang bergoyang-goyang, meskipun hanya goyang sedikit. Saya juga hanya bisa menghela nafas panjang (lagi2) menanggapi komentar dan tindakan dari para pejabat kita dalam menangani bencana gempabumi dan tsunami di Pangandaran~).


 
posted by FLaW at 6:31 PM | Permalink |


2 Comments:


  • At 9:34 AM, Blogger ime'

    hehheeh... ada yang bilang, "orang tidak akan pernah menghargai of being sehat jika mereka tidak pernah mengalami sakit"

    kalo dianalog ke pernyataan itu bu, orang tidak akan pernah menghargai kehidupan jika mereka tidak pernah mengalami berada di pinggir kematian...

    hehehehe...kalo' lo bisa idup sampe hari ini, artinya there are still lots of work that you have to do on earth, and no one can do it as perfect as yourself... ;)

     
  • At 11:55 AM, Blogger RealMuhy

    cerita hidup nya bagus! benar kata ime pake koma diatas.... masih banyak works to do in this earth. dan benar banget kata kamu: harus bersyukur masih diberi hidup. Itu kadang dan sering kita lupa, hehe... komen simpel kan?
    mau makan duren montong gak? daging nya tebel bangeeeettttt... :P