.comment-link {margin-left:.6em;}
Friday, May 4
Gorengan
Saya sering makan gorengan. Meskipun tidak fanatik seperti salah seorang teman kantor saya yang harus menghabiskan sepiring gorengan setiap harinya (beneran lho, sa'piring dhewe!), namun rasanya tidak ada hari kantor berlalu tanpa kehadiran gorengan. Orang-orang kantor saya memang mania gorengan. Biasanya menjelang sore hari, office girl/boy di kantor saya akan berkeliling ruangan mengumpulkan uang receh untuk dibelikan gorengan.

Sebenarnya saya tidak terlalu hobi makan gorengan, apalagi saya tahu terlalu banyak makan gorengan tidak baik untuk kesehatan. Saya tahu gorengan dapat meningkatkan kadar lemak jenuh, menaikkan kadar kolesterol, bahkan dapat mengakibatkan kanker, apalagi kalau minyak untuk menggoreng digunakan berulang-ulang. Tapi kalau gorengannya sudah didepan mata, rasanya kok susah menahan tangan ini untuk tidak mencomot. Godaan untuk ikut nimbrung besar sekali saat menyaksikan teman-teman kantor saya berlompa menghabiskan tumpukan gorengan.

Memang rasanya nikmat sore-sore makan tempe goreng, bakwan goreng atau tahu isi goreng dengan cabe rawit. Apalagi ditemani segelas teh manis hangat atau kopi. Hmm..... Belum lagi kalau gorengannya tidak terlalu renyah, seperti yang saya suka. Kalau orang lain mungkin suka gorengan yang kriuk-kriuk, saya suka gorengan yang agak basah. Lebih enak. Saya pikir, kalau mau makan yang kriuk-kriuk, ngapain makan gorengan, lebih baik makan kerupuk aja. Menurut saya lhooo.... :)

Jadi perlu perjuangan yang ekstra buat saya, ketika satu hari di minggu lalu saya memutuskan untuk mengurangi konsumsi gorengan harian saya. Hal ini saya putuskan mengingat kadar kolesterol saya yang meskipun masih wajar, namun berada pada batas paling atas definisi wajar. Perut saya yang susah kempes juga merupakan pertimbangan untuk berhenti makan gorengan. Intinya saya ingin mulai hidup sehat. Selain mulai berolahraga, minum lebih banyak air putih, dan mengurangi konsumsi kafein, mengurangi makan gorengan adalah salah satu cara yang saya pilih untuk memulai komitmen hidup sehat tadi.

Hari itu, sekuat tenaga saya tahan tangan saya untuk tidak ikut mencomot satu pun gorengan yang terhampar bak pemandangan di depan saya. Tempe-tempe yang terbalut tepung, dihiasi dengan potongan kecil daun kucai disana-sini, bakwan-bakwan yang gempal, tahu goreng yang menggiurkan dengan isi toge dan wortel yang renyah, cabe rawit hijau yang segar-segar. Mulut saya sampai asam rasanya saking inginnya. Apalagi teman-teman kantor saya mengompori saya.

"Udah....satu aja nggak ngaruh kali.", begitu kata seorang teman.
"Tau, ih. Enak banget tau.... masih hangat nih gorengannya.", sahut yang lain.
"Hmffph...ner...pffuidyo....," kata teman saya yang lain lagi dengan mulut penuh bakwan. (Terjemahan bebasnya mungkin, "bener....rugi lo...")

Saya bergeming. Tetap pada komitmen 'mulai hidup sehat: say no to gorengan'. Sampai saya pulang pada akhir hari, saya tidak menyentuh satu pun gorengan yang ada. Hu..hu...hu... Hebat... hebat.... begitu pikir saya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya pun menyelamati diri saya sendiri karena berhasil melewati hari itu tanpa makan gorengan. One big achievement.

Karena ituuuu........tidak salah kan bila sesampai dirumah saya malah menjerit histeris dan menangis pilu melihat pemandangan seperti dibawah ini di meja makan ? Apalagi karena tumpukan di gambar bawah ini adalah menu makan malam untuk konsumsi dua orang. Hiks...hiks.....



So much for the 'kurangi gorengan' komitmen. :(
 
posted by FLaW at 11:38 AM | Permalink | 8 comments
Wednesday, May 2
Belajar

Memang benar pepatah yang bilang, tuntutlah ilmu sampe ke negeri Cina, atau tuntutlah ilmu sampai ke liang kubur. Meskipun tidak harus literally kita pergi ke Cina atau pergi ke kuburan untuk menuntut ilmu. Belajar itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Tidak harus melalui pendidikan formal: duduk (dan tertidur) di kelas, (melamun dan) mendengarkan guru mendongeng, mencatat dongengan guru (dan main surat-suratan dengan kawan yang duduk satu baris di depan), kemudian siap (menyontek) untuk ujian. Melalui kehidupan sehari-hari pun kita dapat belajar. Saat berinteraksi dengan orang, kita belajar. Bahkan saat kita berpikir bahwa kita sedang hanya menjalani hidup untuk saat ini, sebenarnya kita sedang belajar untuk bisa menjalani hidup dengan lebih baik di keesokan hari.

Belajar itu tidak ada habisnya. Ambil contoh saya. Dalam keabsenan saya selama tiga bulan belakangan ini, banyak hal yang saya pelajari. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan. (Jadi saya pergi bertapa tidak asal bertapa, loh). Beberapa hal baru yang saya pelajari antara lain:

  1. Makan mangga muda dengan garam itu bukan ide baik, saat perut kita sedang lapar. Hal penting lain yang perlu diingat adalah, hindari melakukan ini terutama saat sedang traveling ala backpacker di negeri orang
  2. Memasukkan jari kedalam botol minuman seperti teh botol yang kosong karena iseng saat sedang mengobrol juga bukan ide yang bagus. Dua sampai lima menit dari waktu kita yang sebenarnya bisa digunakan untuk melakukan hal lain yang lebih produktif harus dihabiskan untuk mengeluarkan jari kita dari botol. (pengetahuan ini sebenarnya sudah lama saya dapatkan, tapi secara tidak sadar kadang masih saya praktekan)
  3. Ikan paus can be sooooooo cute!! Di gelanggang samudra ada dua ikan paus beluga yang pinter2. (ceritanya abis dari gelanggang samudra, *pamer mode activated*). I could just kiss them!!
  4. Holland adalah nama lain dari Netherland, dan bukan nama salah satu kota di negeri tersebut. Dan cara terbaik mengetahui hal ini bukan melalui perbincangan sok akrab dengan seseorang dari Holland, kemudian menanyakan seberapa jauh Holland dari Amsterdam. (meskipun kata oom wiki, sebenernya kata Holland me-refer- pada hanya satu region dari Netherland. Tapi orang sering nyamain Holland dan Netherland. Tuuuuh… kan…bukan gue aja yg bingung…excuse banget…Jadi Amsterdam itu di Holland yak? hehe...)
  5. Kerupuk kulit yang saya suka itu nama lainnya adalah Jangek (kalo nulisnya bener) dan makan jangek disiram dengan kuah santan padang (itu lho, kuahnya gulai ayam atau sayur nangka yang di restoran padang) itu ueeenak tenan. Mak nyusss….
  6. Orang Brunei sangat mencintai pemimpin mereka, dibuktikan dengan saat iringan mobil sang Sultan lewat, seorang teman dengan excited melambai-lambaikan tangan dari pinggir jalan, dan dibalas dengan lambaian tangan pula oleh sang Sultan. Akrab, ya bo….. Hmm… disini kalau pemimpin kita yang lewat, yang melambaikan tangan itu polisi dan PM. Itu juga untuk nyuruh mobil lain supaya menepi.
  7. Shampoo dan conditioner L’oreal ternyata cocok buat saya. Ga penting banget yak? Hehe…
  8. Saya tampak fotogenik bila di foto dari samping kiri agak ke bawah sedikit (halah… lebih ga penting lagi yak?), hihihi…. …mmm…..tapi kalau di foto dari sisi yang lain, saya tampak foto klenik.. *garing mode on*
  9. Kita bisa banyak berhemat dengan mengingat dimana kita menyimpan tiket parkir daripada setiap kali harus mengeluarkan STNK dan membayar denda karena kehilangan tiket parkir. Sekarang tinggal melaksanakannya……
  10. Makan toge itu mengenyangkan. Pengetahuan ini saya dapat ketika makan bersama dengan serombongan orang dengan menu yang sebagian besar mengandung seafood. Hiks….Jadilah saya hanya makan toge untuk menghindari timbulnya totol-totol tak indah yang tak diundang. Untuk menjadi kenyang, hal yang harus diperhatikan adalah kuantitas dari toge tersebut. Dalam kasus saya kemarin, kuantitas yang saya habiskan adalah dua piring. (Jelas aja kenyang!!)
  11. Air tebu dicampur lemon itu very very tasty..... hmmm.. penghilang dahaga (dan penambah sugar intake tentunya. hiks.... ayo ke gym...)
  12. Merupakan ide yang baik untuk mengecek apakah restleting celana sudah pada lokasi seharusnya sebelum meninggalkan toilet. Mendapati murid-murid yang tersenyum sambil melirik bagian depan celana saat kita mengajar di depan kelas bukan merupakan cara yang nyaman untuk mengetahui kenyataan yang menyakitkan itu.
  13. Rasanya nyaman untuk bisa percaya dan di percaya. :)
  14. Meng-update diri sendiri dengan segala macam informasi itu sangatlah perlu (lah.... itu inti dari post ini bukan?..)

See…. Banyak kan yang bisa dipelajari dalam tiga bulan? :) Begitulah... dan saya masih terus belajar dan belajar dan belajar lagi... Gratis kok, belajar di kelas kehidupan. Halah....

 
posted by FLaW at 2:23 PM | Permalink | 5 comments