.comment-link {margin-left:.6em;}
Monday, December 4
Profesor D
Sebelum ini saya pernah bercerita tentang masalah saya dengan alergi disini dan disini. Ya, alergi saya memang kerap menyerang, dan biasanya membuat saya cukup tersiksa dengan gatal dan kemunculan totol-totol tak indah di tubuh saya. Baru-baru ini, alergi saya kambuh lagi, dan sekali lagi dengan sukses membuat kulit tubuh saya menjadi penuh motif seperti dalmatian.

Setelah hasil konsultasi dengan dua dokter berbeda tidak membawa hasil berarti, dimana si totol-totol tetap setia menghiasi tubuh saya, akhirnya saya memutuskan untuk menemui seorang pakar alergi dan ahli imunologi, sebut saja Profesor D namanya, untuk melakukan tes alergi secara tuntas…tas…. tas...

Profesor D, (untuk alasan efisiensi, mari kita panggil beliau P.D mulai sekarang), terkenal sebagai orang yang smart, ahli dalam bidang alergi dan imunologi, sehingga pasien dari luar pulau pun datang kepadanya secara rutin setiap minggu untuk mendapatkan pengobatan. Selain terkenal sebagai ahli alergi, ibu professor ini juga terkenal sebagai pribadi unik yang ramai dan hangat, dan belakangan saya tahu, saking hangatnya, beliau juga suka memberikan "komentar”. Dengan sasakan rambut yang tinggi, dan make-up lengkap, ibu professor ini memang lebih terlihat sebagai ibu pejabat dharma wanita ketimbang terlihat seperti seorang professor yang sedang mendalami ilmu stem cells. Komentar-komentar yang diberikan sang professor ini diucapkan secara spontan dan tidak terduga, dan kadang dalam campuran bahasa indonesia-inggris.

Tengok saja komentar pertama-nya ketika saya diminta berbaring di dipan periksa untuk di ambil tekanan darahnya.

P.D : Kok kamu kurus banget sih? Sengaja atau gimana?
Saya : ??? (perasaan berat saya normal-normal saja. Yah, kalau dibanding ibu prof yang agak mmm…ya mungkin saya terlihat agak kurus….)

Atau komentarnya saat memeriksa totol-totol di badan saya.

P.D : (sambil membalik-balik lengan saya dan melihat dengan agak jijik) Kulit kamu beneran deh, nggak ada bagus-bagusnya.
Saya : ……
P.D : Sudah nikah belum?
Saya : Belum, prof..
P.D : Wah, kasihan banget nanti suami kamu kalau dapat istri yang kulitnya kayak begini. Kalau jadi pengantin nanti malu dong pas acara siraman, kulit pada totol-totol begini.
Saya : #$@!!**

Setelah melakukan tes lengkap yang meliputi tes alergi, lab, dan rontgen, diketahui ternyata saya mengidap alergi terhadap ayam, telur, seafood, kacang dan coklat. Tentunya saya tidak bisa lagi makan makanan yang dibuat dari bahan-bahan tersebut. (Yup, sekarang saya jadi bingung, harus makan apa. Sniff…sniff..). Saat membahas hasil rontgen, ibu professor meminta saya untuk berdiri di sampingnya untuk melihat hasil rontgen dibawah lampu. Secara otomatis, saya langsung mengambil pose default saya untuk posisi-observasi-sambil-berdiri, dengan meletakkan tangan kanan saya di pinggang, ...yang ternyata menuai komentar.

P.D : Bisa nggak tangan kamu diturunin?
Saya : Ha?
P.D : Iya, bisa nggak kamu nggak usah tolak pinggang gitu?
Saya : (menahan malu dan menurunkan tangan sambil ngegerundel dalam hati: wadauuw..gilee….galak bener…) Iya, prof…..
P.D : Oke, lihat paru-paru kamu. Kamu merokok ya?
Saya : Mmm…. Iya…..

Dan jawaban singkat saya tadi langsung mengundang komentar selama 10 menit non stop mengenai bahaya rokok yang sangat memerahkan telinga. Memang sih, saya tahu merokok itu berbahaya, dan memang benar apa yang di katakan ibu professor ini, sehingga saya menjadi tergugah untuk berniat berhenti (Suerrr….). Namun untuk tidak menambah luka di hati saya, mari kita lupakan bersama 10 menit yang menyakitkan itu.

Akhirnya setelah puas berkomentar, si ibu professor memberikan saya suntikan anti alergi.

P.D : Kamu bisa sering-sering kesini kan?

Saya : Bisa, prof..
P.D : Okay, karena kamu harus mendapat suntikan alergi selama 15 kali dalam sebulan ini. Datang saja kapan pun, telfon dulu bila perlu.
Saya : (Dengan pasrah) Baik, prof…
P.D : Tapi kalau kamu kesini lagi, dandan dulu yah…
Saya : ???
P.D : Iya, biar agak segar, kalau kesini lagi pakai lah bedak, terus itu alisnya dibentuk sedikit. Biar agak rapih gitu. You should take care of yourself, you know...
Saya : ** %$#$! (sambil tiba-tiba teringat nada dari lagu ‘Hinalah Aku’ –nya Gigi )

Ya, mau apa lagi....saya butuh bantuan profesor ini untuk bisa sembuh. Jadi ya, meskipun telah diramalkan bahwa calon suami saya nanti sangatlah malang mendapatkan saya yang berkulit totol-totol, tidak berbedak, beralis tidak rapih dan 'nakal' karena merokok, saya akan menguatkan hati untuk tetap mengunjungi ibu profesor D. Hehehe...
Diluar keunikan dan ketajaman lidahnya, dan diluar sakit hati yang ditimbulkan olehnya, saya tetap menyimpan harapan yang besar pada profesor D ini untuk bisa membantu menyembuhkan saya dari alergi ini. Duh, prof.....sembuhin saya, dong. Mudah-mudahan yaaaa.......
 
posted by FLaW at 1:12 PM | Permalink | 19 comments