Setelah pensiun selama beberapa saat, kemarin ini saya kembali menjadi
cewek gatel. 'Ndak tahu lah sebabnya apa. Yang jelas kali ini muka saya yang jadi korban. Kegatelan saya kali ini diiringi dengan kehadiran bentol-bentol merah yg secara gotong royong menutupi permukaan muka saya, menjadikannya terlihat tebal. Menyedihkan memang. Namun, meski berhubungan, inti postingan kali ini tidak hanya pada muka saya yang gatal dan menebal.
Kembalinya saya menjadi
cewek gatel diawali pada pagi hari saat saya baru bangun tidur. Merasakan ada yang lain di wajah saya, saya bergegas menuju cermin dan bertanya,
"Mirror...mirror on the wall....siapa yang paling cantik sedunia?"..... ups... salah, dan bercermin maksudnya. Setelah melihat kondisi wajah pagi itu, saya dengan kalap segera menenggak dua butir tablet
Claritin (sebelum ditanya,
"Kok gak puasa sih?", saya jawab dulu bahwa pas banget saya sedang tidak puasa), yang memang setia disamping saya. Tak lama, serangan gatal dan bengkak yang terjadi pun berkurang drastis.
Sampai disini, sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah bagi saya untuk masuk kantor. Paling saya harus tahan malu sedikit karena ketebalan muka saya agak berbeda dari ukuran normal, dan saya tinggal berbekal claritin lagi kalau gatalnya kembali timbul. Tapi saya memutuskan untuk
take advantage dari kondisi saya itu. Saya malah menelfon atasan saya dan memberitahukan bahwa hari itu saya tidak bisa masuk kantor karena alergi saya kumat. Tak lupa saya sampaikan bahwa saya akan pergi ke dokter sebentar, tapi sisa hari akan saya habiskan dirumah untuk beristirahat, namun saya akan
stand by terus, sehingga kalau ada apa-apa di kantor saya bisa dihubungi dirumah. Satu niat yang mulia dari seorang pegawai malas yang ingin tetap kelihatan produktif. Hehehe...
Waktu pun bergulir di pagi itu. Ternyata hari itu dokter kulit langganan saya sedang libur, jadi rencana saya ke dokter tidak bisa dilaksanakan. Si mbak di rumah menghampiri saya dengan pemberitahuan bahwa pagi itu akan diadakan penyemprotan nyamuk demam berdarah masal di kompleks saya. Membayangkan bau semprotan saja sudah membuat saya mual, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk segera mandi dan minggat dari rumah.
Just in time, karena begitu membuka pagar rumah, sudah tampak satu pasukan petugas berseragam menggunakan masker yang memanggul
container berisi obat, dan membawa semprotan berukuran jumbo di ujung jalan rumah saya. Huaaaaa....... Saya langsung membayangkan pasukan tadi, dengan
weapon-like semprotan di tangan, mendekati rumah saya dalam
slow motion dengan iringan lagu
"Who ya gonna call?", yang disetel keras, sementara saya dan tetangga-tetangga saya berdiri di pinggir jalan mengelu-ngelukan kedatangan mereka sambil berteriak,
"Ghostbusters!" .
Halah..... kebanyakan nonton film..... oke,
back to the story.....
Tidak tahu harus kemana, saya pun menuju kediaman adik saya di daerah Kelapa Gading. Niat saya masih mulia, yaitu untuk menumpang mengistirahatkan muka saya. Ternyata, adik saya sudah punya rencana untuk bertemu seseorang di Pondok Indah Mall. Tidak mau ditinggal sendirian dirumahnya, akhirnya saya memutuskan untuk menemani adik saya pergi. Saya pikir, yah...tidak apa-apalah saya jalan-jalan sedikit, anggap saja ini libur
in disguise. Jadilah kami meluncur ke Pondok Indah. Setiba di mall, orang yang ditunggu adik saya belum datang, sehingga kami memutuskan untuk masuk ke satu toko buku di mall tersebut.
Sampai saat itu, hidup saya masih damai sentosa. Saat sibuk melihat-lihat buku, mata saya menangkap sesosok anak kecil yang menarik perhatian saya. Saya coba perhatikan dia lebih teliti karena
he looks very familiar. Anak kecil ini melihat saya yang sedang memperhatikannya, lalu dia tersenyum, dan saat itulah saya tersadar. Mata saya membesar dan tangan saya naik menutupi mulut saya yang hampir menjerit,
"Huaaa..... itu kan Beno, anak bos gue.....!!". Gawaat...gawaaat....
Sambil celingak-celinguk, saya hampiri anak kecil ini dan bertanya dengan harap-harap cemas.
"Ben....beno... kok kamu ada disini. Sama siapa?". Beno hanya tersenyum malu-malu sambil memainkan mobil-mobilan yang dipegangnya. Saya ulang kembali pertanyaan saya, dan tiba-tiba, dari belakang saya terdengar suara,
"Loh, fit.... kamu kok gak di kantor?".Dengan berat hati saya membalikkan badan untuk menghadapi istri dari atasan saya. Hiks..... Tidak tahu harus berkata apa, saya berikan senyum kecut saya yang terbaik untuk ibu bos ini dan berkata........eng..ing..eng...:
"Eh, mbak.... iya nih, mbak.... eh, eh... mbak... liat deh muka saya jadi begini." Heh??
Surely, I could have come up with a better answer, tapi kok saat itu yang kepikiran adalah memamerkan wajah tebal saya yang sedang dilanda kegatelan. Saya sedikit mengharapkan ada sedikit 'pengertian' dari ibu bos ini, tapi yang saya dapat adalah ekspresi bengong dan bingung dari beliau, meskipun akhirnya dia bertanya,
"Kok mukanya jadi begitu, fit?".Percakapan-percakapan yang terjadi selanjutnya saya tidak begitu ingat. Yang saya tahu saya dilanda rasa tertangkap basah, rasa malu, dan rasa bersalah yang dalam sehingga saya tidak tahu lagi harus berkata apa. Saya membayangkan ibu bos ini akan bercerita ke suaminya bahwa dia bertemu saya, dan bos saya akan heran kenapa saya berada di mall padahal saya sudah berkata bahwa saya akan beristirahat di rumah. Hehehe.....
ke-gap, ih.....
Lebih malunya, keesokan harinya adalah acara berbuka bersama di kantor, dan si ibu bos datang lagi. Dengan santainya dia bercerita di depan khalayak ramai, "
Iya nih, kemarin saya ketemu fitri di mall. Ternyata kemarin itu kamu bolos ya, fit. Wah, ketahuan deh. Katanya sakit. Makanya, fit, kalo bolos, jangan main ke daerah yang ramai", yang tentu saja langsung disambut dengan tawa histeris dari teman-teman kantor saya, termasuk atasan saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengaktifkan
muka-tebal-mode saya, sambil nyengir lebar.
Mekipun malu (serta dengan muka masih tebal dan gatal), saya belajar sesuatu yang berharga dari kejadian ini. Nasehat bijak dari sang ibu bos saya pikir adalah sangat benar, sehingga saya lekatkan kuat-kuat di kepala saya, agar kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari.
Kalau bolos kerja, janganlah main ke daerah yang ramai!Note:Muka saya sudah berkurang kegatelannya sekarang, meskipun ketebalannya masih di atas normal sedikit. So, you can no longer call me cewek gatel, now. Yippiii!!...