Di satu siang yang panas, di salah satu toko pakaian di satu pusat perbelanjaan.
"Mbak, baju ini ada ukuran S nggak ya?" saya bertanya pada si Mbak penjaga toko.
"Oh, nggak ada, mbak. Itu all size," jawab si Mbak.
Saya mengernyitkan kening sambil menatap pada label yang menempel pada kerah baju, dimana jelas-jelas terlihat huruf M yang melambangkan ukuran baju.
"Loh, ini ukuran M, Mbak. Berarti bukan all size, dong."
Si Mbak mengambil baju yang dimaksud dari tangan saya, mengecek label di kerah baju tersebut dan berkata dengan malas.
"Oh iya. Ada sih ukuran S-nya."
Ummm…… terus tadi kok situ bilang ukuran baju itu all size. Saya cuma bisa
mengira-ngira. Si Mbak itu beneran nggak tahu atau malas ngambilin ukuran yang diminta?
Tidak jadi membeli baju karena sudah ilfil duluan, saya melangkahkan kaki menuju penjual minuman franchise yang menjual aneka rasa minuman di salah satu pojok food court.
"Mas, es tebu satu sama es kacang hijau satu ya," saya memesan minuman untuk saya dan seorang teman yang nitip di kantor.
Si Mas mulai mengeluarkan dua gelas plastik, menambahkan es batu ke gelas-gelas tadi, kemudian mengisi salah satu gelas tadi dengan sari kacang hijau. Kemudian dia tampak ragu-ragu, dan berbisik pada temannya.
"Kenapa, Mas?" tanya saya, melihat gelagat yang kurang baik.
"Ini, Mbak. Ini gelasnya nggak ada tutupnya. Man, lu cari dong tutup buat gelas ini," kata Mas tersebut sambil memberikan uang pada temannya.
"Wah..lama, nggak, Mas?" tanya saya yang membayangkan saya harus menunggu si teman ini membeli tutup gelas entah dimana, di luar pusat berbelanjaan itu mungkin.
"Maaan…maan… lu pinjem aja deh dulu…," teriak Mas penjual minuman pada temannya yang sedang melenggang menjauh demi melihat saya yang mulai memajukan bibir.
1 menit, 2 menit….5 menit kemudian…. Suman atau Maman atau Mandra (nggak kenalan sih..:)) datang dan membawa SATU tutup gelas.
"mm.. Mbak, ini tutupnya cuma satu. Gimana ya?" tanya si Mas.
Hhhhhhh….. bukannya saya yang harus nanya??!
"Ya gimana, Mas. Emang nggak bisa pinjam dulu kemana, kek," saya berujar sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru food court.
"Kemana, mbak?" tanya si Mas lagi. "Mau pinjam kemana?"
Never mind, mas. Saya sudah malas untuk menjawab dan mengingatkan dia bahwa dia berjualan di food court, dan di sekitarnya banyak juga penjual-penjual makanan dan minuman. Atau mungkin saya yang terlalu berasumsi bahwa para penjual itu berteman? Maka setelah mengucapkan terimakasih yang tidak ikhlas saya pun berlalu.
Masih dengan perasaan sebal, saya berjalan mengitari pusat perbelanjaan, dan tiba-tiba pandangan saya tertumbuk pada toko yang menjual aneka pastries. Hmm… display-nya sungguh menggoda. Saya menghampiri toko tersebut dan mulai memilih-milih beberapa kue kesukaan saya.
"Mbak, pineapple pie satu sama apple pie nya dua ya. Berapa, mbak?"
"Jadi semua Rp 15.000,-, Mbak," sahut Mbak penjual pastries dari balik counter.
Saya meletakkan uang Rp 50.000 untuk membayar kue saya di atas counter.
"Wah, nggak ada uang kecil aja, Mbak. Nggak ada kembali nya, nih."
"Saya nggak ada uang kecil, Mbak."
"Wah, gimana ya. Tadi uang kecil kembalian dikasih semua ke mbak-mbak yang beli sebelum mbak ini."
Umm…apa gunanya informasi itu buat saya?? Memang saya kenal mbak-mbak itu? Kalaupun saya kenal, apa saya diharap bisa memaklumi bahwa mereka tidak punya kembalian?
"Jadi gimana, dong?" tanya saya putus asa. "Artinya saya nggak bisa beli?”
Mbak dibelakang counter hanya mengangkat bahu, yang artinya mungkin yaa… kalau mau beli, tukar dulu uang anda di warung terdekat.
Ya ampun. Ini di Pusat Perbelanjaan loooh…. Pada niat nggak sih jualan????!!!!
Dan siang pun terasa bertambah panas………….