Kisah dari Pluto yang sempat menuai kontroversi ternyata membuahkan sesuatu yang menarik. Setelah dikeluarkan dari daftar planet tata surya kita, karena dianggap tidak lagi memenuhi definisi sebuah planet, kali ini Pluto mendapatkan kehormatan terpilih menjadi “2006 Word of the year” versi American Dialect Society. Pluto menjadi satu verb atau kata kerja baru dalam bahasa Inggris yang artinya “to demote or devalue someone or something” atau kurang lebih “merendahkan nilai dari sesuatu atau seseorang”. Jadi saya bisa bilang begini sekarang, “Work hard and don’t let yourself get plutoed!”.

Jadi mikir-mikir, ada nggak ya kata baru dalam bahasa Indonesia yang bisa diambil dari kejadian-kejadian seperti ini?

Misalnya kalau ada kejadian kita pesan catering, kemudian cateringnya terlambat atau malah tidak datang, bisa nggak ya kita gambarkan dengan kata “Maftuh Basyuni”? Jadi saya bisa bilang begini, “Ya ampun, kebangetan banget, sebel deh. Masa kemarin gue Maftuh Basyuni loh!!”

Bagaimana seseorang bisa tahu apakah dia bahagia atau tidak?

Apakah saat kita merasa puas dengan apa yang kita capai?
Itukah bahagia?

Apakah saat kita tidak dalam keadaan sakit dan tidak kekurangan materi ?
Itukah bahagia?

Apakah saat kita bisa berada dekat dengan orang yang kita sayangi?
Itukah bahagia?

Apakah saat semua kebutuhan dasar kita terpenuhi?
Itukah bahagia?

Lalu bagaimana bila semua itu sudah dicapai
Bahagiakah aku?

Harusnya iya
Namun kenapa masih ada satu ruang kosong di dalam hati.

Jadi apakah aku seseorang yang tidak pernah puas?
Ataukah ada sisa impian yang masih terkubur?

Ataukah aku seorang yang pesimis
Yang menganggap bahagia adalah kemewahan di luar jangkauan

Sehingga aku tidak dapat mengenali
Bagaimana rasanya bahagia

Ah…teori semua!!

Aku bahagia, kok……………………………………….........................................
..........................................................................……………………………..or not?


* From a doubtful and sarcastic mind*