.comment-link {margin-left:.6em;}
Thursday, May 18
Muara Karang
Apakah kamu sudah pernah mencoba makan seafood di Muara Karang?

Sampai Sabtu minggu kemarin, jawaban saya untuk pertanyaan di atas adalah ‘belum’.
Ada dua alasan dibalik jawaban saya yang ‘belum’ tadi.
Alasan pertama adalah karena jauhnya Muara Karang dari lokasi-lokasi dimana saya biasanya beredar. Saya tinggal di daerah Pondok Kelapa dan berkantor di daerah Kuningan, sebenarnya sama dengan Muara Karang, masih dalam wilayah Jakarta juga, tapi I mean, Muara Karang is really..really…jauh….
Alasan kedua adalah saya bukan fans berat seafood. Bukan berarti saya tidak suka seafood, tapi bila saya masih mempunyai pilihan, saya lebih cenderung untuk memilih makanan lain. Saya bisa mengkonsumsi ikan, baik itu dibakar, digoreng, digulai, atau bahkan mentah seperti pada sushi atau sashimi,….tapi saya agak picky untuk jenis makanan udang, cumi-cumi dan keluarga mollusca yang lain, karena saya kurang suka teksturnya yang kenyal.

Tapi berawal dari pertemuan yang tidak direncanakan bersama sejumlah orang yang hampir semua saya belum kenal, Sabtu malam kemarin saya ‘terdampar’ di Muara Karang. Cerita dimulai saat seorang teman (demi efisiensi, mari kita sebut dia A) yang tinggal di kota lain, Sabtu kemarin berada di Jakarta untuk bertemu dengan temannya, sebut saja B. A dan B adalah teman baik yang sudah lama tidak bertemu, karena selama ini B tinggal di luar Indonesia. Saya, A, B, dan satu orang lagi sudah berencana untuk menonton konser TOTO pada hari Minggu. A pun mengajak saya untuk bertemu dengan B, sekaligus untuk mengambil tiket konser yang sudah dipesan sebelumnya. Saat saya tiba di tempat pertemuan, ternyata selain A dan B sudah ada satu orang lagi yang hadir, sebut saja C, yang ternyata juga adalah salah satu teman dari B. Sebelum pertemuan ini, A dan C ternyata belum saling mengenal. Tak lama setelah itu bergabung lagi empat orang bersama kami, masing-masing D, E, F dan G. D ternyata juga adalah teman dari B, namun B belum mengenal E, F dan G. D pun ternyata belum mengenal A maupun C, apalagi saya. Di luar dugaan, D mengajak B untuk makan malam di daerah Muara Karang. B mengiyakan dan mengajak kami semua untuk ikut bersama mereka. ‘Terjebak’ oleh momen yang tak terduga itu, saya pun akhirnya mengiyakan. Hehe….Jadilah rombongan ondel-ondel kami berangkat menuju Muara Karang.

Makan seafood di Muara Karang ternyata cukup penuh dengan perjuangan. Saat rombongan sampai di daerah Muara Karang, kami harus melewati pasar basah (yang benar-benar basah karena tergenang banjir). Jalan masuk ke pasar yang sempit (Did I mention jalannya tergenang?) sekaligus menjadi tempat bongkar muat truk yang mengangkut gentong-gentong berisi ikan dan teman-temannya. Ketika kami lewat, sedang ada kegiatan bongkar muat produk laut dari sebuah truk, sehingga kami pun harus menunggu sampai bongkar muat tadi selesai. Kios-kios yang menjual produk laut berada di sisi kiri dan kanan jalan. Di sepanjang jalan itu pula tampak berjejer gentong-gentong dan container (bedanya gentong sama container apa ya?) yang berisi produk-produk laut yang siap dibeli.

Setelah menyusuri jalanan pasar tadi, akhirnya kami tiba di area Pusat Jajanan Serba Ikan (Pujaseri? Hehe..), tempat yang kami tuju untuk menikmati Seafood. Saat harus mengambil karcis parkir, saya pun menurunkan jendela Flazz lalu mengulurkan tangan serta tak lupa melempar senyum manis pada si penjaga booth parkir, tapi…hmpff…..bau ikan yang sangat menusuk langsung memenuhi hidung saya. Karena hidung saya termasuk sensitive terhadap bau-bau-an, saya pun gelagapan dan segera menaikkan jendela untuk menghindari bau tadi. Sebenarnya sih it had no effects at all, karena setelah parkir pun saya harus turun dari Flazz and I had to deal with the smell. Hiks..

Rombongan kami pun berjalan menuju area Pujaseri, dan segera disambut oleh kepulan asap, persis seperti rombongan penyanyi dangdut yang akan manggung. Kami pun mendatangi salah satu tempat makan yang ada di area tadi. Asap yang berasal dari tempat bakaran ikan ini termasuk pekat dan kebetulan arah angin saat itu membuat asap bertiup ke arah kami. Saya pun terpaksa memicingkan mata karena asap tadi membuat mata saya menjadi perih dan nafas saya pun sedikit sesak (sesaknya karena bantuan asap yang lain juga sih. Hehe…). Saya pun membatin, sekarang saya tahu bagaimana perasaan nyamuk apabila sedang di fogging. (ga nyambung, ih..!). Karena saya, A, B dan C tidak familiar dengan daerah pasar di Muara Karang, akhirnya kami ‘ditugaskan’ untuk menjaga meja sementara D, E, F dan G pergi untuk berburu ikan dan keluarga mollusca yang akan disantap. Tak lama kemudian mereka kembali dengan membawa berkantong-kantong plastik penuh produk laut. Mereka kemudian menyerahkan hasil belanja mereka pada tukang masak di tempat makan tadi dan memesan agar hasil belanjaan tadi dimasak dengan macam-macam cara. Sambil menunggu masakan siap, kami pun mengobrol ngalor ngidul sembari menyantap otak-otak ikan yang masih hangat, masih dalam kepulan asap . Saya sempat berfikir bahwa saya takut bakalan tidak ingat wajah-wajah yang baru saya kenal ini, karena selama mengobrol, most of the time saya terpaksa memicingkan mata saya. Meskipun demikian obrolan tetap berlangsung dengan seru, apalagi saat topik obrolan beranjak ke film Korea. Ternyata A dan C adalah penggemar berat film-film Korea. Hehe…Freak abiiizz….

Tapi untungnya ketika makanan sudah datang, arah angin berganti dan asap pun bertiup ke arah lain. Kami pun bisa makan dan mengobrol dengan nikmat tanpa harus memicingkan mata. Pffewh… Akhirnya……. Makanan yang dihidangkan cukup heboh baik dalam segi jumlah maupun penyajiannya, at least bagi saya yang memang jarang makan seafood. Ada cumi-cumi goreng tepung, udang goreng tepung, udang asam manis, udang saus mentega (bener ga sih?), cumi-cumi saus tiram, dan ikan bakar. Semua dalam porsi yang berlimpah. Cumi-cumi goreng tepung-nya memang enak, demikian juga dengan ikan bakarnya (cuma dua jenis itu yang saya makan. Hehe..) yang dimakan dengan sambal kecap dengan irisan cabai, bawang dan tomat. Mmm…Menurut teman-teman yang lain, makanan lainnya pun tidak kalah enak. Yah, at least perjalanan kami ke Muara Karang lumayan worth it lah.

Setelah perut kenyang, dengan masih diiringi asap kami pun beranjak pulang. Saya sudah mulai terbiasa dengan bau yang menusuk karena saat itu kami sendiri pun sudah menyebarkan bau ikan dan asap. Hehe…Meskipun badan saya dan Flazz menjadi bau ikan, saya pun pulang ke rumah dengan perasaan senang karena mendapatkan pengalaman baru dan teman-teman baru. What a Night.

Jadi kalau sekarang saya ditanya, “Apakah kamu sudah pernah mencoba makan seafood di Muara Karang?”, tahu kan jawaban saya apa……:)
 
posted by FLaW at 3:20 PM | Permalink |


10 Comments:


  • At 6:14 PM, Blogger Kojay

    This comment has been removed by a blog administrator.

     
  • At 5:22 PM, Anonymous Anonymous

    hua ha ha ha ha .. asli gue ngakak dan pengen ke muara karang. secara ge gak pernah ke sono.. hi hi hi.

     
  • At 9:00 PM, Blogger FLaW

    hehehe...katanya seafood yang di benhil lebih enak, ga pake bau lagi. ntar kapan2 kita semua kesono aja yak..

     
  • At 7:25 PM, Blogger InaOK

    Mana tahu kalau ada rezeki saya ke Jakarta, kamu bawa saya ke Muara Karang ya ... boleh kan .. :)

     
  • At 9:48 AM, Anonymous Anonymous

    traktir2 donk kalo ke benhilllll...!

     
  • At 9:53 AM, Blogger FLaW

    Hehe...ayuk deh, tarik. muara karang..muara karang, lewat benhil..enam..empat..enam..empat. satu lagi jalan nih..:)

     
  • At 2:23 PM, Blogger RealMuhy

    A B A B. A B A B yang itu bukan? hahaha....

     
  • At 12:50 PM, Anonymous Anonymous

    Kayanya gue si C, hehe but kalo inget2 cerita lo, emang waktu itu lucu banget ya bo!!nggak lagi2 deh gw kesana!!!

     
  • At 10:28 AM, Blogger FLaW

    To C:
    hehe..iya, sumpe, ga mo lagi gue kesana. mana ternyata gue alergi seafood. nasiib..nasiiib..

     
  • At 10:16 PM, Anonymous budi pekerti

    enak bed tuh kayanya!